Mengenal Lebih Dekat Suku Baduy

Hidup terisolir adalah cara Suku Baduy mempertahankan budayanya tanpa intervensi teknologi.  Keberadaan suku beretnis Sunda ini dilindungi dan tiada duanya di Indonesia.  Suku Baduy terdiri dari 2 macam yaitu suku Baduy luar dan suku Baduy dalam.

Keunikan cara hidup suku Baduy ternyata memantik rasa penasaran orang untuk mengenal lebih dekat.  Hal itu juga yang menjadi motivasi Homeschooling biMBA saat melakukan outing ke kampung Baduy pada tanggal 26-28 Agustus 2014.

Rombongan beranggotakan 12 orang tersebut berangkat pukul 08.00 WIB dari Stasiun Tanah Abang menuju Stasiun Rangkas Bitung dengan menempuh waktu 2,5 jam.  Dilanjutkan dengan angkutan kota menuju Terminal Ciboleger selama 1,5 jam.   Rombongan singgah untuk istirahat dan sholat.

Perjalanan menuju ke kampung wisata Baduy dilanjutkan dengan berjalan kaki sesuai peraturan yang berlaku.  Bukan perjalanan yang mudah bagi rombongan, karena jalurnya yang sedikit berbatu, menanjak, menurun dan cukup jauh.  Sepanjang perjalanan, mata dimanjakan dengan pemandangan alam yang asri dan unik.  Diantaranya adalah lumbung, sungai-sungai kecil, rumah-rumah dari bambu dan ijuk di perkampungan Baduy dengan arah hadap yang sama.  Setelah melalui proses yang panjang dan melelahkan, rombongan akhirnya tiba di kampung wisata Baduy pada pukul 16.00 WIB.  Selama outing, rombongan tinggal di rumah Pak Uncal, wakil kepala suku Baduy luar di desa Kanekes.

Outing ke kampung wisata Baduy merupakan cara Homeschooling biMBA belajar dari alam.  Penggalian informasi tentang budaya dan kehidupan suku Baduy dengan proses wawancara menunjukkan bahwa Minat belajar anak-anak Homeschooling biMBA sangatlah tinggi. Salah satunya adalah informasi tentang  jembatan bambu.  Proses pembuatannya sangat unik karena selain dilakukan secara gotong-royong, perencanaannya juga sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan diawali dengan penanaman pohon terlebih dahulu.   Kegunaan pohon tersebut untuk menyambung bambu dengan arah berlawanan. Tali pengikat bambu dengan pohon adalah serabut pohon kelapa sawit yang disambung menjadi gumpalan besar.  Cara suku Baduy mengkonsumsi daun paku secara langsung tanpa harus dimasak maupun perbaikan jalan selama 5 hari dengan menata batu secara rapi di sepanjang jalan agar mudah dilewati dan tidak licin, juga menambah wawasan anak-anak Homeschooling biMBA.

Di kampung wisata Baduy, anak-anak Homeschooling  memaknai hidup dengan keterbatasan. Menikmati gelapnya malam tanpa aliran listrik dan hanya mengandalkan senter sebagai penerang.  Belajar melewati hari tanpa ponsel karena tiadanya sinyal.  Semua menjalani hari-hari di kampung wisata Baduy dengan suka cita.

Pak Uncal juga sempat mengajak rombongan melihat danau sebelum bertolak ke Jakarta.  Tepat pukul 09.00 WIB, rombongan menuju danau.  Perjalanan tersebut ekstra menguras tenaga karena harus mendaki jalan setapak bebatuan yang licin dan sedikit curam.   Dibutuhkan waktu 1,5 jam untuk sampai danau.  Setelah beristirahat sejenak, rombongan berjalan kaki lagi menuju Terminal Ciboleger.  Dilanjutkan dengan angkutan kota menuju Stasiun Rangkas Bitung.   Tepat pukul 16.30 WIB rombongan Homeschooling biMBA sampai di stasiun Tanah Abang dengan membawa sejuta kesan yang diperoleh selama outing di kampung Wisata Baduy.  (Nik/SHP/ASM)

kereta-api
Siap-siap Berangkat
Serunya Naik Angkutan Kota
Serunya Naik Angkutan Kota
Berjalan Kaki Menuju Kampung Baduy
Berjalan Kaki Menuju Kampung Baduy
Berfoto Bersama di Jembatan Bambu
Berfoto Bersama di Jembatan Bambu
Segarnya Air Sungai
Segarnya Air Sungai
Berakit-rakit di Sungai
Berakit-rakit di Danau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas